C. C. Prosedur Pencampuran Bahan dan Mematikan
Las Gas Tungsten
1. Prosedur Pencampuran Bahan
Pengelasan las gas tungsten dilakukan dengan mencairkan bahan dasar terlebih dahulu, jika sudah mendekati cair bahan tambah diletakkan di depan busur nyala agar bahan tambah mencair untuk mengisi bentuk sambungan yang akan dibuat. Ketika bahan tambah cair, stang las dapat diayun sebagaimana yang biasa dilakukan pada las gas agar bentuk sambungan yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Gambar. Prosedur pencampuran lahan lambah las2. Prosedur Mematikan Las Gas Tungsten
Setiap saat busur dimatikan,gas lindung akan tetap menyala beberapa saat. Penyalaan ini berfungsi untuk melindungi elektroda, sambungan las dan kawat las dari pengaruh udara sekitar. Jika tidak digunakan untuk waktu yang lama, tutup saluran gas lindung dengan mengencangkan kran gas yang ada diatas tabung dan buang seluruh isi gas yang tersisa di dalam saluran gas lindung.
D.
E. Cara
Melakukan Pengelasan Sambungan
1. Melakukan Pengelasan Sambungan Sudut dan Tumpul dari Berbagai Macam Posisi Pengelasan dengan Hasil Sesuai Standar
Untuk dapat mengelas sambungan sudut dan tumpul dengan baik perlu diperhatikan prosedur umum pengelasan sebagai berikut :
a. Tentukan dahulu jenis logam yang akan dilas
b. Ientifikasi ketebalan plat yang akan dilas
c. Tentukan bentuk sambungan apa yang akan dipakai
d. Tentukan diameter elektroda tungsten yang akan dipakai
e. Tentukan diameter kawat las yang akan dipakai
f. Gunakan arus yang sesuai untuk ketebalan, posisi, dan diameter kawat
g. Tentukan jenis gas lindung yang sesuai dan aturlah besar aliran gasnya.
h. Pengelasan dilakukan dengan menjaga kestabilan posisi pengelasan dan kecepatan penggeseran.
i. Buatlah ikatan sambungan terlebih dahulu dengan las ikat (tack weld)
j. Sebelum dilas permukaan plat harus bersih dari minyak, oli, karat, serta bentuk kotoran yang lain serta bebas dari kelembaban yang disebabkan oleh air.
2. Melakukan Pengelasan Aluminium Dengan Sambungan Tumpul Dari Segala Posisi Dengan Hasil Sesuai Standar
Ada beberapa karakteristik aluminium yang agak sulit untuk dilas yaitu kemudahan beroksidasi pada temperatur tinggi, terjadi pencairan sebelum berubah warna, oksid yang mencair pada temperatur lebih tinggi, serta oksid lebih padat daripada logamnya. Disamping kesulitan ini, hasil pengelasan aluminium dapat dibuat sekuat dan seulet logam aslinya. Bahan tambah (filler metal) yang digunakan dalam pengelasan ini harus sesuai dengan komposisi aluminium yang dilas.
Sebelum pengelasan, aluminium harus dibersihkan dahulu baik secara mekanis dengan sikat kawat stainless steel maupun secara kimiawi yaitu dengan dicelup kedalam larutan pembersih dan bilas. Untuk hal yang terakhir perlu hati-hati di dalam
mengoperasikan, perhatikan aturan-aturan keselamatan kerja ketika melakukan pembersihan secara kimiawi.
Pengelasan aluminium dengan las gas tungsten dilakukan menggunakan arus AC atau DCEP. Pengelasan dengan menggunakan kedua jenis arus ini akan dapat mengelupas oksid pada permukaan aluminium. Namun kebanyakan yang digunakan adalah arus AC, dimana hasil pengelasan akhir tampak bersih dan mengkilap. Elektroda yang digunakan untuk mengelas aluminium adalah jenis tungsten murni atau berisi zirconium. Elektroda jenis tungsten thorium tidak dirokomendasikan untuk pengelasan AC. Ujung elektroda harus berbentuk bola jika mengelas dengan menggunakan arus AC. Gas lindung yang digunakan untuk pengelasan ini adalah argon atau campuran antara argon dan helium.
3. Melakukan pengelasan baja tahan karat dengan sambungan tumpul dari segala posisi dengan hasil sesuai standar
Ada 3 klasifikasi umum baja tahan karat yaitu jenis austenit, martensit dan ferittic. Untuk dapat mengenalinya di lapangan kita hanya perlu mengenali kode yang biasa tercantum pada lembaran plat maupun profil-profil baja tahan karat yang kita kerjakan. Baja austenit dapat dikenali dari seri 200 dan 300. Baja martensit kita kenali dari seri 410, 414, 416, 420, dan 431. Baja ferritic kita kenali dari seri 429,430, 434, 442, dan 446.
Untuk dapat mengelas baja tahan karat dengan proses las gas tungsten, maka kita harus mengenali bahan tambah yang akan kita gunakan di dalam pengelasan. Seperti halnya pada bahan dasarnya, bahan tambah dibuat dalam 3 nomor klasifikasi yaitu seri 300 untuk austenit, seri 400 untuk martensit, dan seri 500 untuk elektroda chrom-molybdenum. Bahan tambah yang digunakan untuk pengelasan baja tahan karat pada las gas tungsten biasanya disesuaikan dengan bahan dasar yang akan dilas. Namun jika persyaratan teknis yang dilakukan tidak dapat dipenuhi karena ketersediaan bahan tambah di pasaran, kita dapat menggunakan bahan tambah seri 300 yaitu bahan tambah seri austenit yang dapat digunakan untuk pengelasan baik baja tahan karat austenit, martensit, maupun ferritic. Pengelasan dilakukan dengan gas argon maupun campuran argon helium sebagai gas lindung.
Sebelum mengelas baja tahan karat, permukaan bahan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat kawat stainless steel. Baja tahan karat sangat rentan terhadap keropos ketika dilakukan pengelasan. Untuk melindungi keropos, busur nyala harus selalu dijaga sedekat mungkin dengan permukaan benda kerja. Juga perlu diberikan backing gas yaitu gas yang dialirkan di belakang permukaan logam yang dilas untuk menjaga agar chrom tidak mengikat oksigen dan menjadi oksid kromium. Masalah lain yang juga dihadapi adalah tumbuhnya butiran (grain growth) selama pengelasan ini dilakukan terutama pada baja tahan karat jenis austenit dan ferritic. Pertumbuhan ini diakibatkan oleh panas berlebih yang diberikan pada bahan dasar dan berakibat pada turunnnya sifat-sifat mekanis dan hilangnya sifat tahan karat bahan. Selain dengan menggunakan busur nyala yang dekat dengan benda kerja, kurangi arus yang digunakan serta hindari model ayunan selama pengelasan berlangsung.
#SELESAI#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar